Senin, 28 Januari 2013

PENGALAMAN PRIBADI MENGENAL SELAM BEBAS (FREEDIVING)

Atas beberapa permintaan teman yang ingin tahu mengenai asal mulainya saya aktif di kegiatan freediving, maka saya mencoba merangkum perjalanan saya mengenal selam bebas (Freediving).


PENGALAMAN PRIBADI MENGENAL FREEDIVING (SELAM BEBAS)

Saya petama kali mencoba belajar freediving sekitar pertengahan tahun 2010 sejak mengikuti pembelajaran mengenai olahraga baru yaitu hoki bawah air (Underwater Hockey).
Sewaktu mau main hoki bawah air di Senayan, teman saya Paula Florina cerita ke saya mengenai freediving kalau di Bali ada pembelajaran mengenai freediving dari SSI. Lalu saya ajak Flo, yuk kita iseng-iseng menyelam di kolam “cendol” (ukuran kolam 3 M x 20 M, sedalam 1.8 M). Pada awalnya menyelam sejauh 20 Meter, napas saya pas persis habis saat tangan menyentuh tembok dan kemudian tarik napas. Ada seorang freediver “alam” namanya Dio yang bersamaan pula ingin ikut main hoki bawah air. Saya lalu berkenalan dengan Dio bagaimana caranya untuk melakukan penyelaman bebas (freediving). Dan ternyata ada kemajuan lumayan, saat mencoba menyelam jarak 20 M lalu mencoba teknik dan cara yang diberitahukan oleh Dio menghasilkan manfaat.

Lalu berlanjut pada saat buka jejaring social FB, saya di invite oleh Dio untuk gabung komunitasnya freediving dia di Jakarta yaitu Deepblue, dimana latihan selalu diadakan setiap hari Minggu jam 10 pagi di Senayan. Dan berlanjut latihannya dengan ajakan coba latihan di kolam renang simpruk, disana saya coba untuk melakukan static sebanyak 4 kali dan baru mencapai maksimal 2 menit 45 detik. Komunitas freediving Deepblue berkembang, dari sini saya kenal dengan Nino, Dayat, Titis, Tere, Anih, Jason, Satya, Daniel, Lydia, Rama dan banyak sekali freediver lainnya. Di komunitas Deepblue ini banyak sekali intimidasi, dan ancaman terutama kepada Dio sebagai founder Deepblue karena di komunitas ini tidak ada instruktur resmi maupun mentor yang sudah memiliki sertifikat freediving. Lalu teman2 tetap bertekad buat organisasi yang terstruktur dengan penunjukkannya saya sebagai ketua.

Lalu berlanjut dengan ajakan Dio untuk mencoba memperdalam ilmu lagi untuk belajar freediving di Phuket. Dari sinilah saya mencari pelatihan freediving yang ada di Phuket maupun di Bali. Pada awalnya saya tidak mengerti apa itu AIDA dan apa itu SSI untuk freediving. Lalu saya mencoba mengirimkan email ke Sarah (we freedive di Phuket), apakah anda sebagai instruktur freediving bisa datang Jakarta untuk mengajarkan kita. Ternyata oleh mereka disambut baik dan bersedia datang ke Jakarta dengan syarat saya harus mengumpulkan 8 orang yang mau belajar.  Lalu saya coba memberitahukan teman teman yang ikut di komunitas Deepblue, siapa saja yang ingin ikut pelatihan freediving. Ternyata dari komunitas deepblue berhasil mengumpulkan 8 orang, lalu segeralah saya kontak mereka dan diwajibkan bayar uang muka dulu 50% dengan Paypal.



Dari ke 8 orang yang ikut AIDA 2 star pada saat itu adalah :
1.      Arif Junus
2.      Paula Florina
3.      Anih Wijaya
4.      Jason Hakim
5.      Satya Made
6.      Andrew
7.      Daniel
8.      Lydia

Kami ber 8, sangat bersemangat sekali mengikuti kelas pendidikan freediving ini dan mulailah dengan pengaturan jadual kelas, penjemputan instruktur, pencarian akomodasi sampai dengan mencarikan lokasi spot utk open water di laut.

Hari jumat 9 September 2011, pada pagi hari kita pinjem ruangan global dive untuk kelas teori selama 4 jam lebih lalu berlanjut dengan latihan di kolam berupa latihan static apnea dan dynamic apnea, semua peserta pada umumnya masih belum benar dalam teknik gerakan kaki bawah air. Setelah selesai kami pun makan bersama di plaza senayan dan kamipun banyak bertanya hal hal mengenai freediving pada akhirnya kami harus bersiap siap kembali untuk esok hari sabtu berangkat ke pulau pramuka.

Dari kiri ke kanan :
Andrew, Richard, Sarah, Arif, Lydia n Jason
                          
                        Static Apnea
Static Apnea

Lalu ke esokan harinya Sabtu pagi kami pun berangkat ke pulau pramuka dan setibanya di pulau pramuka, kita bersiap siap untuk latihan di laut yaitu duck dive, free immersion, dan constant weight. Selesai pelatihan waktu tiba untuk istirahat dan pada malam harinya kami langsung disodorkan berupa ujian tertulis, bila benar menambah point dan bila salah mengurangi point. Wah bahaya nih, jadi kalau menjawab ujian tertulis saat itu sangat hati hati sekali dan akhirnya saya dan 6 teman lainnya berhasil lulus kecuali Jason. Kami ber 7 sudah santai dan tenang serta boleh istirahat tapi Jason dilanjutkan lagi dengan pengujian ulang secara lisan oleh Richard pada malam harinya.

Tibalah saatnya hari minggu pagi untuk pengujian free immersion dan constant weight untuk bisa mencapai 16 meter. Setelah selesai pengujian free immersion dan constant weight, kami dilanjutkan dengan pengambilan video clip oleh Richard. Diakhir acara pelatihan, kami menunggu hasil ujiannya dan ternyata 6 dinyatakan lulus AIDA 2 Star dan 2 dinyatakan lulus AIDA 1 Star (karena tidak berhasil melewati limit jarak Dynamic Apnea AIDA 2 star).

8 peserta mendapatkan sertifikat AIDA International

Dari sinilah saya mendapatkan pembelajaran mengenai teori freediving yang luar biasa dan puas walaupun harga yang dikeluarkan itu lumayan sangat mahal menurut saya. Mereka sebagai instruktur banyak menceritakan mengenai pengalaman pribadi maupun sebagai juri. Mulai dari yang freediver yang Samba, bleeding maupun blackout, semuanya diceritakan sebab dan akibatnya. Sehingga kami pun bisa memahami secara jelas dan benar dibanding kalau lihat dari youtube, belajar dari internet dan lain lain tidak bisa tahu dengan jelas sebab akibatnya.

Saat saya menjadi ketua pengurus di Deepblue pun merasakan sekali intimidasi dari beberapa orang yang sebenarnya bertujuan baik agar jangan sampai ada korban yang meninggal akibat salah dalam pengajaran di dunia freediving yang masih baru di Indonesia ini. Saya dan teman teman tetap melanjutkannya untuk ikut hadir dalam Pameran Deep n Extreem di Surabaya dimana kehadiran kami disana dibantu oleh Paula Florina sebagai narasumber.

Dan mulailah babak baru pada akhir tahun 2011, Jason melanjutkan pelatihan freedivingnya dengan ikut pelatihan dari AIDA 3 star lalu lanjut ke AIDA 4 star di Phuket bersama we freedive (Richard dan Sarah) sehingga langsung lulus mendapatkan predikat asisten instruktur.

Berhubung founder komunitas deepblue kurang aktif mengikuti kegiatan freediving ini dan selalu kawatir dengan komunitasnya karena intimidasi dari  pihak lain. Maka di awal tahun 2012 saya langsung memutuskan buat komunitas freediving baru di Jakarta dengan nama Let’s Freedive atas usulan Anih.

Kegiatan Let's freedive pertama kali di awal tahun yaitu mengadakan workshop perkenalan mengenai freediving dimana pesertanya mencapai 10 orang ada yang berasal dari semarang maupun jogya. Tujuan diadakan workshop ini adalah agar para freediver pemula sebatas memberikan pemaham teknik gerakan kaki yang benar dan tidak mengajarkan hal filosopi pernapasan dan lain lain karena kapasitas kami belum boleh untuk memberikan pengajaran sehingga hanya diawasi langsung oleh asisten instruktur Jason Hakim. 

Setelah mengikuti pelatihan freediving dengan mengikuti literature AIDA International, kemajuan kegiatan freediving saya semakin maju pesat dan juga semakin percaya diri dalam hal keselamatan jiwa. Static Apnea menjaid 3:29 detik, Dynamic with fin 50M dan Dynamic no fin 50M.

Selanjutnya saya mencoba untuk memfasilitasinya dalam hal kegiatan freediving seperti Let’s Freedive kembali ikut aktif dalam pameran Deep n Extreem ke 2 tahun 2012 di Jakarta, dimana let’s freedive bekerjasama dengan komunitas JUHC (Jakarta Underwater Hockey) untuk sharing tempat. Dalam Pameran ini lumayan dapat sambutan yang baik, dengan kehadiran komunitas freediving lampung X3X dan ada beberapa yang ingin ikut pelatihan freediving untuk batch selanjutnya.

Mike (SSI Instruktur freedive Gili)  n Arif (AIDA jakarta - lets freedive) di deep n extreem 2012 - Jakarta

Teman teman di Let's freedive yang ikut meramaikan di deep n extreem 2012 - Jakarta

Dan setelah pemeran deep n extreem 2012 disinilah pergantian ketua pengurus dari Saya, kemudian ketua kepengurusan yang baru untuk Let’s Freedive dipegang oleh Jason Hakim berhubung dia memiliki level AIDA yang paling tinggi dibanding teman teman yang lain. 

Dan sepertinya mulai tahun 2012 sampai sekarang, mulai tumbuh terus komunitas freediving di Indonesia baik itu komunitas freediving di Lampung, Jogya, Pelabuhan Ratu, Bandung, Manado, Jambi dan mungkin ada komunitas freediving lainnya yang belum muncul.

Note. Video Clip aktifitas saat dynamic apnea dan open water akan di upload menyusul.

6 komentar:

  1. Thank you .. Filardi.
    Good Planning ... :)

    Silakan mampir website kami di www.letsfreedive.com

    BalasHapus
  2. Salut dan sangat menyemangati.
    kami di Manado juga sudah mulai mendapat intimidasi.
    Jadi pengen cepat2 gaet si AIDA nih..:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks Oki sdh mampir di blog saya.
      Hehehe... keep positive thingking ajah yah. Saya sering skali konflik dg eksternal sih selama saya jadi ketua dan tidak saya critakan disini karena tujuan saya mah asal temen2 freediver bisa memahami freediving dg kapasitas yg tepat, dan aman dlm aktifitas freediving.
      Smoga bisa memberi semangat teman2 freediver di seluruh penjuru indonesia.

      Hapus
  3. lagi...lagi...we want more writings...we want moreeee!
    Nice one ko AJ! keep writing, yes?!

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyee... sabar ya Oma :) poto poto ne blum sempat di upload lagi.

      Hapus
  4. Saya sering liat jason hakim di yutup... minat mai belajar barenv istri mihon infonya

    BalasHapus